Nuansa Lokal dalam Festival Musikalisasi Puisi 2018

Musikalisasi Puisi

Dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra, khususnya puisi, Balai Bahasa Kalimantan Selatan menyelenggarakan Festival Musikalisasi Puisi tingkat SMA/SMK/MA se-Kalimantan Selatan. Kegiatan ini merupakan salah satu sarana penggalian bakat siswa dalam mengapresiasi sastra dan budaya daerah berpadu dengan kemampuan di bidang seni musik. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan rasa cinta terhadap sastra, khususnya puisi serta menambah wawasan budaya dan sastra bagi para siswa yang berasal dari berbagai daerah kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.

Kekayaan tradisi bermusik (musik tradisional) dan tradisi bersastra di daerah masing-masing yang dipadukan dalam musikalisasi puisi sangat diharapkan akan muncul dalam kegiatan tersebut. Kolaborasi antar musik etnik dan makna puisi dalam wujud musikalisasi puisi diharapkan dapat memberi warna apresiasi sastra serta corak musik yang unik dan khas dalam dunia seni musik.

Pembukaan Festival Musikalisasi Puisi kali ini diselenggarakan di Convention Room HBI Banjarmasin pada tanggal 8 Maret 2018 dan diikuti sebanyak 30 tim peserta tingkat SMA/SMK/MA dari 9 kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan. Ketiga puluh tim tersebut datang dari Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru, dan Kota Banjarmasin.

Berdasarkan pengalaman festival tahun lalu yang mengalami lonjakan pendaftar, maka jumlah kuota kali ini ditambah hingga 30 kuota. Namun ternyata jumlah pendaftar juga bertambah hingga melebihi 30 tim. Tercatat ada 3 tim yang harus berada di daftar tunggu. Peserta Musikalisasi Puisi dibagi ke dalam dua grup dan bertanding di babak penyisihan hingga babak final. Setiap tim peserta yang beranggotakan lima orang siswa membawakan satu puisi wajib dan satu puisi pilihan. Puisi “Selamat Pagi Indonesia” karya Sapardi Djoko Damono menjadi puisi wajib yang dibawakan, sedangkan untuk puisi pilihan masing-masing tim memilih salah satu dari lima puisi pilihan karya penyair-penyair Kalimantan Selatan.

Seluruh tim peserta berhasil membawakan musikalisasi puisi mereka dengan penuh maksimal meski hanya menggunakan alat musik akustik. Nuansa lokal pun mewarnai garapan musik pada beberapa tim yang tampil sehingga mampu menarik perhatian penonton yang hadir.

Melihat antusiasme peminat Festival Musikalisasi Puisi, panitia juga telah memilih beberapa orang sastrawan dan akademisi yang kemudian ditunjuk menjadi dewan juri. Tidak hanya berasal dari Kalimantan Selatan, dua orang juri berasal dari provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Tujuh orang dewan juri yang diketuai Rudi Karno, bersama Ali Syamsuddin Arsy, Badruddin Noor, Haruddin, Agus Yulianto, Saefuddin, dan Imam Budi Utomo telah memutuskan 6 tim terbaik sebagai pemenang yakni sebagai berikut.

  • Pemenang ke-1 dengan jumlah nilai 374,1 dengan nomor tampil 2 dari SMAN 1 Kandangan
  • Pemenang ke-2 dengan jumlah nilai 371,3 dengan nomor tampil 1 dari SMAN 2 Tanjung
  • Pemenang ke-3 dengan jumlah nilai 365,3 dengan nomor tampil 24 dari SMKN 1 Martapura
  • Pemenang Harapan ke-1 dengan jumlah nilai 363,7 dengan nomor tampil 17 dari SMAN 1 Tanjung
  • Pemenang Harapan ke-2 dengan jumlah nilai 359,3 dengan nomor tampil 11 dari SMKN 5 Banjarmasin
  • Pemenang Harapan ke-3 dengan jumlah nilai 347,1 dengan nomor tampil 28 dari SMAN 1 Satui

Para pemenang menerima hadiah berupa trofi, uang pembinaan, dan piagam penghargaan. Pemenang ke-1 mendapat hadiah uang sebesar Rp6.000.000,00; pemenang ke-2 mendapat hadiah uang sebesar Rp5.000.000,00; pemenang ke-3 mendapat hadiah uang sebesar Rp4.000.000,00; pemenang  harapan ke-1 Rp3.000.000,00; pemenang  harapan ke-2 Rp2.000.000,00; pemenang  harapan ke-3 mendapat hadiah uang sebesar Rp1.000.000,00.

Rudi Karno menjelaskan bahwa secara kualitas, peserta Musikalisasi Puisi kali ini memang lebih meningkat dari festival sebelumnya. Namun unsur lokalitas pada musik masih harus terus ditonjolkan sehingga dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam warna musik yang dibawakan. Diharapkan bahwa pada festival mendatang akan lebih banyak lagi penyajian musikalisasi yang bernuansa daerah, harmonisasi puisi dan musik, serta totalitas penampilan dari tiap-tiap peserta.

(laila)