Peran Duta Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan dalam Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Melalui BAKANTAN
Oleh:
Fuad Fajar Akhlis dan Cahyani Widya Safitri
Duta Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan 2022
Permasalahan bahasa di Indonesia berkenaan dengan tiga masalah pokok. Pertama, bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu bangsa, dan sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Kedua, bahasa daerah sebagai pembentuk kepribadian suku bangsa, peneguh jati diri kedaerahan, dan sarana pengembangan, serta pengungkapan bahasa dan budaya daerah dalam bingkai keindonesiaan. Ketiga, bahasa asing sebagai sarana pendukung komunikasi antarbangsa, sarana pendukung penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta sumber pengembagan bahasa Indonesia (Ramdhani, 2019).
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan latar belakang. Keadaan kebahasaan di Indonesia kini ditandai dengan (1) adanya sebuah bahasa nasional yang sekaligus menjadi bahasa negara, yaitu bahasa Indonesia; (2) adanya ratusan bahasa daerah; dan (3) adanya sejumlah bahasa asing yang digunakan atau diajarkan dalam pendidikan formal (Anggraini, 2019).
Selaras dengan itu, Anto (2019) menyatakan bahwa permasalahan pertama berhubungan dengan sulitnya pelestarian suatu bahasa. Hal ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Berbagai konsep baru tercetus dari latar belakang bahasa yang berbeda yang memungkinkan penduduk dunia berlomba-lomba menguasai bahasa asing atau bahasa asli dari konsep tersebut demi mengikuti peradaban iptek.
Selain itu, menurut Atikah (2020), berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang mengabaikan kaidah kebahasaan. Salah satu indikator yang menunjukkan penguasaan bahasa yang baik adalah minimnya kesalahan berbahasa. Saat ini, kesalahan berbahasa Indonesia sering ditemukan, terutama dalam bentuk tulis, baik dalam karya tulis ilmiah maupun dalam wacana-wacana yang terdapat di ruang publik, seperti pamflet dan baliho yang tidak tepat dalam penggunaan bahasa asing.
Pada Gambar 2 terdapat kesalahan penulisan kata asing. Bahasa Indonesia seharusnya lebih diutamakan dan ditonjolkan.Pada Gambar 2 terdapat kesalahan penulisan kata asing. Bahasa Indonesia seharusnya lebih diutamakan dan ditonjolkan.
Permasalahan kedua berkaitan dengan bahasa daerah. Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Kondisi bahasa daerah tersebut banyak yang terancam punah. Penyebab utama kepunahan adalah para penutur jatinya tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasanya pada generasi berikutnya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2022). Data ini menjadi bukti bahwa revitalisasi bahasa daerah di Indonesia penting dilakukan untuk mencegah kepunahan berbagai bahasa daerah tersebut (Permanawiyat, 2020).
Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 18 bahasa daerah di Kalimantan Selatan terdapat dua bahasa daerah yang mengalami kondisi mengkhawatirkan, yaitu bahasa Berangas di Kabupaten Barito Kuala dan bahasa Abal di Kabupaten Tabalong.
Permasalahan berbahasa yang ketiga adalah bahasa asing. Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, sampai sekarang tetap menjadi momok bagi sebagian pelajar di Indonesia. Sebagian besar pelajar menganggap bahwa bahasa Inggris itu sulit sehingga enggan meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Pembelajaran di dunia pendidikan tidak selamanya berjalan lancar. Sebagian pemelajar merasakan kesulitan ketika mempelajari mata pelajaran bahasa asing. Kesulitan tersebut dapat berdampak pada penurunan prestasi akademik. Hal ini berkaitan dengan perkembangan teknologi yang sebagian besar menggunakan bahasa asing, juga berdampak ketika berinteraksi dengan masyarakat global (Tambunsaribu, 2021).
Di era globalisasi, banyak generasi muda yang mencampuradukkan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, atau bahasa asing dan bahasa gaul, tanpa melihat situasi dan kondisi penggunaannya. Masyarakat Indonesia didominasi oleh generasi muda atau generasi milenial. Generasi milenial adalah generasi yang hidup pada masa penggunaan perangkat komunikasi, media, dan teknologi digital. Generasi yang hidup di era milenial memiliki karakter yang khas. Karakter tersebut meliputi generasi yang kecanduan internet. Artinya internet dijadikan sebagai kebutuhan pokok. Mereka cenderung selalu terhubung dengan internet agar dapat mengakses hal-hal baru atau sekadar bersosialisasi dalam media sosial. Selain itu, generasi milenial adalah generasi yang memiliki ketergantungan dengan gawai, menyukai hal-hal yang instan dan aktif di media sosial, tetapi pasif di masyarakat. Namun, di sisi lain, generasi milenial mampu menguasai teknologi serta mengembangkan kemampuan 4-C, yaitu creativity (kreativitas), collaboration (kerjasama), communication (komunikasi), dan critical thinking (berpikir kritis) melalui media sosial. Kemudian, di tahun 2019 menjadi 6-C yaitu creativity (kreativitas), collaboration (kerjasama), communication (komunikasi), compassion (kasih sayang), critical thinking (berpikir kritis), dan computational logic (logika komputasi) (Ramdhani, 2019).
Sehubungan dengan tiga isu kebahasaan, pembinaan bahasa ditujukan pada beberapa hal. Yakni, peningkatan mutu penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar, pelestarian bahasa daerah, dan penguasaan bahasa asing yang sesuai dengan situasi dan kondisi sebagai masyarakat global. Sementara itu, pengembangan bahasa merupakan pemenuhan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing sebagai komunikasi antarbudaya, antardaerah, antarsuku, dan antarbangsa. Pembinaan dan pengembangan bahasa merupakan upaya untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan mengajarkan bahasa asing (Tarigan, 2019).
Demi menjawab isu kebahasaan tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa membuat semboyan “Trigatra Bangun Bahasa”. Yakni, utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Pengimplementasian semboyan ini memerlukan usaha yang keras dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya, melalui Krida Duta Bahasa yang dilakukan oleh duta bahasa sebagai generasi muda yang dapat merangkul generasi muda lainnya.
Krida bermakna olah, perbuatan, tindakan, atau olahraga (KBBI, 2016). Duta Bahasa sebagai generasi muda yang peduli untuk memperkuat jati diri bangsa dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Duta bahasa dapat menjadi wadah generasi muda yang mengupayakan terwujudnya “Trigatra Bangun Bahasa”.
Generasi milenial yang familier denagn teknologi berpotensi menjadi dasar pembentukan krida duta bahasa berbasis digital revolusi industri 5.0. Krida Duta Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan berjudul BAKANTAN: Bahasa, Sastra, dan Budaya Kalimantan Selatan. Krida ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya pengembangan dan pembinaan bahasa, sastra, dan budaya nasional dan internasional di era digital. BAKANTAN dapat menjadi media dari lembaga kebahasaan dan kesastraan dengan ruangan virtual yang mudah, terpadu, dan menyenangkan. Selain itu, BAKANTAN dapat menjadi wadah dalam melaksanakan diskusi, seminar, presentasi, belajar, dan bermain secara virtual oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun dalam ruangan metamesta BAKANTAN.
Istilah BAKANTAN yang berasal dari bekantan dikenal sebagai nama hewan primata yang hanya terdapat di Kalimantan dan beberapa pulau kecil di sebelah timurnya. Primata ini berhidung panjang dan hidup berkelompok di hutan bakau dekat muara sungai dan hutan dataran rendah di pedalaman yang dilalui sungai; kera belanda; Nasalis larvatus (KBBI, 2016).
BAKANTAN memiliki 16 ruangan kecil, dua ruangan sedang, dan satu ruangan besar. Ruang-ruang ini berfungsi sebagai wadah penyampaian informasi mengenai bahasa, sastra, dan budaya daerah Kalimantan Selatan. Dalam metamesta ini terdapat penjelasan mengenai bahasa Indonesia yang baik dan benar serta beberapa kata asing dengan tetap memperhatikan aturan penulisan dan penempatan ketiga bahasa tersebut. BAKANTAN tetap mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang ditampilkan di dalam ruangan vrtual. Namun, juga terdapat pelestarian bahasa daerah dalam bentuk materi pembelajaran, dan penguasaan bahasa asing yang secara tidak langsung melalui berbagai fitur yang digunakan pada media realitas virtual metamesta BAKANTAN.
Pada Gambar 5 merupakan tampilan di dalam metamesta BAKANTAN dengan berbagai informasi seputar Balai Bahasa dan Duta Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), serta kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan dengan menggunakan konsep “Trigatra Bangun Bahasa.” yaitu mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.